PERPUSTAKAAN MASA DEPAN

I. Pendahuluan
Kecenderungan di masyarakat sekarang adalah perkembangan teknologi yang pesat, khususnya teknologi informasi. Ironisnya dalam situasi perkembangan teknologi informasi yang pesat ini, perpustakaan tidak menjadi tempat utama masyarakat untuk memperoleh informasi. Sebagai pusat informasi, perpustakaan daerah harus mampu mengikuti arah perkembangan di dalam masyarakatnya bila tidak ingin ditinggalkan dan dilupakan. Perpustakaan bukan lagi sekedar sebuah bangunan yang menyimpan informasi namun tempat yang memiliki berbagai fungsi bahkan dapat dianggap sebagai rumah kedua bagi para pengunjungnya di masa kini dan masa mendatang.
Faktor perkembangan teknologi bukanlah satu-satunya faktor yang memaksa terjadinya perubahan dalam perpustakaan, melainkan ada beberapa faktor pendorong perubahan lainnya dalam perpustakaan, diantaranya:
1. Meningkatnya masyarakat yang berpendidikan
Kelompok masyarakat berpendidikan tinggi akan meningkat seiring tuntutan zaman, di mana isu pekerjaan menjadi salah satu pendorong meningkatnya kelompok ini. Kecenderungan peningkatan pendidikan dalam masyarakat semakin meningkatkan kebutuhan akan informasi. Perpustakaan yang baik mampu membaca peluang ini dengan memberikan akses-akses penting dan pelayanan khusus bagi kelompok masyarakat ini.
2. Mobilitas masyarakat yang tinggi
Tingginya mobilitas masyarakat terjadi karena faktor pendidikan dan pekerjaan. Perpindahan yang bersifat sementara dari pekerja dan mahasiswa, membuat kelompok ini tetap menjalin hubungan dengan daerah asal melalui koneksi internet. Perpustakaan perlu memberikan pelayanan akses internet bagi kelompok ini sehingga mereka tidak memilih café atau warnet untuk menjalin hubungan dengan daerah asal mereka.
3. Perkembangan teknologi
Perkembangan teknologi yang pesat tidak selalu dapat diikuti oleh semua lapisan masyarakat. Dalam perpustakaan diharapkan masyarakat dapat melihat dan merasakan tahapan dalam perkembangan teknologi tersebut, khususnya perkembangan media informasi.
4. Interakasi sosial
Perkembangan informasi memaksa masyarakat untuk memahami informasi tersebut. Interaksi sosial akan meningkat baik dalam bentuk komunikasi verbal ataupun komunikasi maya. Pustakawan di era modern dianggap sebagai pihak yang serba tahu dalam bidang informasi. Perpustakaan akan menjadi tempat yang dituju untuk mendapat penjelasan akan sesuatu hal yang tidak diketahui. Interaksi sosial akan banyak terjadi di dalam perpustakaan bila pustakawan memiliki kompetensi sesuai bidangnya.
5. Trend ekonomi
Berawal dari pemikiran bahwa informasi yang bernilai harga tinggi adalah informasi yang lebih baik daripada informasi yang gratis dari perpustakaan, masyarakat beralih kepada sektor swasta yang menyediakan informasi berbasis ekonomi. Untuk itu perpustakaan perlu menjalin hubungan dengan pihak-pihak pemerintah maupun swasta dalam memberikan informasi-informasi terkini bagi masyarakat.
6. Demokrasi bentuk baru
Perpustakaan bisa mengambil tempat dari berkurangnya area netral dalam perpolitikan. Perpustakaan memberikan informasi politik dari berbagai pihak kepada masyarakat tanpa tekanan dari pemerintah atau stake holder, menyampaikan aspirasi pemerintah dan menampung tanggapan masyarakat tentang kebijakan pemerintah melalui forum diskusi yang diselenggarakan perpustakaan.
Perpustakaan daerah sebagai pusat informasi bagi seluruh kalangan masyarakat perlu melakukan inovasi-inovasi untuk merebut kembali perhatian masyarakat yang mulai dan telah beralih karena keenam faktor di atas dengan memberikan pelayanan yang kompleks kepada masyarakat. Perpustakaan daerah Indonesia tidak memiliki bangunan yang luas dan menarik, terbatasnya SDM dan informasi dalam bentuk buku atau bentuk lainnya, lemahnya teknologi dan standard dalam arah perkembangannya. Oleh karena itu banyak perpustakaan daerah Indonesia yang tidak mengalami perkembangan apapun atau diam di tempat. Padahal seharusnya perpustakaan daerah dapat berkembang lebih bebas bila tidak ada standard baku dari pemerintah setempat.
II. Konsep Perpustakaan Daerah Masa Depan
Ada beberapa pendapat mengacu tentang perpustakaan umum modern, diantaranya Jakovlevas-Mateckis, dkk yang menyatakan bahwa perpustakaan modern bersifat multifungsi, nyaman, selaras dengan lingkungan, demokratis, fleksibel dan sederhana dalam bentuk bangunan; dan Tina Hohmann menyatakan adanya perubahan peran dan tugas dari pustakawan, perpustakaan sebagai pasar informasi, lingkungan bekerja dan belajar yang nyaman, akses informasi yang mudah, tempat berbagai kegiatan dengan bangunan kokoh yang memiliki arti filosofi.
a) Perpustakaan sebagai Gedung.
Perpustakaan modern merupakan gabungan dari berbagai fungsi kehidupan. Sebuah perpustakaan haruslah menjadi tempat yang multifungsi, dimana kita bisa merasa nyaman untuk bekerja, belajar, memperoleh buku, informasi, pelayanan, teknologi dan menemukan hal-hal baru lainnya. Terikat pada pemikiran bahwa perpustakaan adalah suatu tempat atau gedung, perpustakaan daerah sebaiknya mudah dikenali dari fisiknya, luas, nyaman dan mudah di jangkau oleh masyarakat. Menurut Tina Hohmann, lokasi ideal perpustakaan umum adalah di pusat kota atau pada rute-rute utama dengan design yang memperhitungkan efisiensi waktu bagi pengunjungnya. Dengan berada di pusat kota, perpustakaan daerah diharapkan menjadi gambaran tentang kota tersebut.
Bangunan perpustakaan daerah merupakan bagian penting yang tidak boleh disingkirkan karena bangunan memberikan ketertarikan awal bagi pengunjung. Pentingnya arsitektur perpustakaan memunculkan beberapa tulisan tentang urutan perpustakaan terbaik di dunia, salah satunya “the 25most modern libraries in the world”; bahkan dalam beberapa tulisan tentang perpustakaan modern, arsitektur dan bangunan menjadi topik pertama bahkan utama yang perlu diperhatikan.
Alasan pentingnya bangunan perpustakaan umum masa depan adalah munculnya ruang-ruang baru yang tercipta dari bentuk pelayanan non-tradisional perpustakaan. Secara garis besar ada tiga ruang utama yang diperlukan: ruang untuk pelayanan pengunjung, ruang untuk peralatan perpustakan (media library) dan ruang untuk staff.
Hampir semua ruang dipersiapkan untuk pelayanan pengunjung dengan berbagai peralatan sesuai kebutuhan. Bentuk pelayanan berubah dari pelayanan masal menjadi pelayanan kelompok bahkan individu. Oleh karena itu, muncul ruang-ruang diskusi kelompok pribadi dengan fasilitas koneksi internet, white board dan berbagai multimedia dalam ruang yang kedap suara. Ruang lainnya dapat berupa ruang kosong yang dapat di setting sesuai keinginan pemakai, ruang seminar, ruang multimedia, ruang pelatihan, ruang bermain, ruang baca (quite room), ruang informasi, ruang informasi budaya bagi turis lokal maupun internasional, ruang rapat, ruang internet, café dan ruang lainnya yang dapat tumpang tindih dalam pelaksanaannya.
Kompleksnya ruang perpustakaan masa mendatang, memerlukan suatu wilayah yang sangat luas dan dana yang besar dalam pengaplikasiannya, belum lagi pengadaan media teknologi informasi yang lengkap. Suatu cita-cita yang sia-sia bila tidak dapat direalisasikan, namun perpustakaan umum daerah masa mendatang akan menjadi asset daerah melalui kerja sama dengan pihak-pihak yang mendukung perkembangan perpustakaan tersebut.
b) Perpustakaan sebagai Pusat Layanan Informasi
Perpustakaan bukan lagi sekedar sebuah gedung, walaupun sebuah gedung baru merupakan suatu cara yang tepat untuk menyampaikan pesan pelayanan informasi baru dari sebuah perpustakaan. Gambaran kemodernan perpustakaan seutuhnya tidak dapat dinilai hanya dari fisik bangunan melainkan dari perkembangan layanan informasi perpustakaan tersebut. Perpustakaan tradisional hanya memberi pelayanan informasi tradisional kini perpustakaan modern mengarah kepada pelayanan informasi non-tradisional seperti pelayanan pendidikan, budaya, komersil, olahraga, rekreasi, hiburan dan lain-lain.
Bentuk-bentuk fasilitas dan layanan perpustakaan modern menurut Alan Bundy,
general print, audiovisual and electronic resources; readers advisory and reference services; small business and council information services; health information; children’s and young adult services; storytelling; local history resources and services; special provision for indigenous populations; large print and talking books; interlibrary loans; kindergarten support; a homework centre and school support; school holiday programs; support to flexible learning university and students; multicultural collections; migrant community support; parenting collections; toy library; support for the non-employed; housebound, hospital, nursing home, prison and other outreach services; drive through pickup/return; adult literacy support; family literacy programs; English conversation classes; community information; tourist information; study and research facilities; internet/electronic training facilities and programs; maintaining the local authority’s website; meeting rooms; photocopiers and scanners; word processing facilities; public lecture program; community and topical displays and exhibitions; reading groups; support of a Friends of Library group; volunteers program; being a community safe haven; a coffee shop; a council service centre; generous parking provision.”
Bentuk fasilitas dan layanan perpustakaan modern yang sangat kompleks versi Alan Budy masih belum menyentuh semua aspek pelayanan informasi dalam perpustakaan dan masih akan terus berkembang seiring perkembangan zaman.
Untuk memenuhi semua layanan di atas, pustakawan memerlukan skill tertentu dalam pelaksanaan tugasnya yang mengalami perubahan dan perkembangan. Mengatasi hal tersebut, perpustakaan tidak lagi terfokus pada SDM berbasis perpustakaan dalam bidang-bidang pelayanan tertentu namun menampung seluruh SDM yang kompeten. Staff perpustakaan dapat berasal dari berbagai bidang ilmu karena perpustakaan masa mendatang bersifat multifungsi.
Perpustakaan memerlukan SDM yang kompeten dibidang teknologi informasi untuk mengatasi perubahan, kerusakan, perbaikan dan pelatihan dalam bidang teknologi informasi yang digunakan perpustakaan. Perpustakaan memerlukan SDM yang kompeten dalam pendekatan terhadap anak-anak. Sebagai perpustakaan umum yang melayani berbagai range usia, anak-anak adalah pihak yang memerlukan pelayanan berbeda dari orang dewasa. Selain itu perpustakaan memerlukan SDM yang kompeten dalam bahasa internasional dan kompetensi lainnya sesuai bentuk layanan yang disediakan oleh perpustakaan.
Mengadopsi pelayanan publik yang economic oriented, staff perpustakaan masa mendatang mengutamakan kepuasan pengunjung, pelayanan prima dan ada pelayanan customer complains sebagai bentuk dari perbaikan layanan. Menurut Sarah E. Thomas, perpustakaan merupakan tempat dimana pengunjung perpustakaan mendapat suite services. Dengan begitu, prinsip customer adalah raja juga dapat diterapkan dalam pelayanan perpustakaan.
III. Gambaran Perpustakaan Daerah Indonesia masa depan
Ada beberapa skenario perpustakaan masa depan dalam perspektif Commission for Architecture and the Build Environment (CABE), yaitu:
1) The New City Landmark
Gambaran perpustakaan sebagai the new city landmark ini memiliki koleksi arsip dan referensi yang lengkap tentang arsip sejarah lokal, memiliki koleksi buku dan audio-visual, ruang rapat yang besar untuk acara-acara tertentu, coffe bar, ruang baca home-from home dan ruang akses komputer yang luas. Perpustakaan ini merupakan bangunan utama suatu kota yang banyak dikunjungi oleh orang dan perpustakaan ini berlokasi di tengah alun-alun. Perpustakaan yang dianggap paling memenuhi persyaratan ini adalah Peckham Library di London.
2) Retail Model
Perpustakaan ini berada pada pusat perbelanjaan (retail) dan perkantoran karena gaya hidup masyarakat yang cenderung memilih untuk membeli buku, CD, DVD dan bahkan dalam mengakses internet. Perpustakaan ini tetap memberikan layanan peminjaman koleksi buku, pendidikan dan hiburan serta penelusuran informasi. Konsep perpustakaan ini juga seperti toko dengan kaca sebagai pintu depan dimana bagian dalam perpustakaan dapat dilihat dari luar.
3) The Young People Library
Target dari perpustakaan ini adalah anak-anak dan remaja dengan menyediakan pelayanan pembelajaran bagi anak-anak, seperti: story-telling, toy library, coffee-lounge, ruang belajar individu dan kelompok, menonton video, serta ruang diskusi tugas. Design luar perpustakaan ini dirancang semenarik mungkin untuk menarik perhatian begitu juga bagian dalamnya, karena perpustakaan ini melayani kelompok usia dini. Lokasi perpustakaan ini berada dekat dengan fasilitas publik lainnya seperti sekolah.
4) The Neighborhood Lifelong Learning Centre
Perpustakaan ini lebih mengarah kepada tempat persinggahan bagi pensiunan, orang-orang yang bekerja di rumah dan yang mengurus anak. Memberi pelayanan berupa buku-buku tetapi dalam jumlah yang terbatas namun ada akses online koleksi perpustakaan. Perpustakaan ini merupakan cabang dari perpustakaan pusat dengan fasilitas ruang rapat, toko bahkan gereja. Perpustakaan yang dianggap paling memenuhi persyaratan ini adalah The Millenium Library di Norwich.
5) The Themed Library or Joint Venture
Perpustakaan ini bekerja sama dengan pihak-pihak luar seperti kesehatan, sekolah, pelayanan sosial, museum atau keagamaan. Jadi targetnya sesuai dengan pihak yang bekerja sama dengan perpustakan itu. Salah satu contoh perpustakaan ini adalah March Library yang bekerja sama dengan temapat kursus.
6) Mobile Library
Perpustakaan ini melayani dimana-mana seperti di angkutan umum, di bandara atau di acara-acara khusus dengan bantuan kendaraan yang dapat menampung pengunjung dalam jumlah banyak.
7) Online Library
Perpustakaan ini berbasis website, menyediakan akses catalog, arsip dan buku-buku baru perpustakaan. Dalam layanannya bekerja sama dengan call centre yang memberikan informasi perpustakaan terdekat dengan user. Perpustakaan ini bekerja sama dengan perpustakaan-perpustakaan yang ada di suatu daerah.
Menurut pandangan penulis tentang perpustakaan umum daerah masa depan akan mengarah kepada:
· Perpustakaan umum menjadi gambaran (icon) daerah
Perpustakaan ini memiliki bangunan yang menjadi gambaran atau jantung daerah tersebut. Menjadi icon daerah berarti menjadi tempat pilihan utama bagi masyarakat setempat dan menjadi objek wisata bagi masyarakat pendatang (turis). Perpustakaan ini menjadi pusat hampir semua aktifitas yang dilakukan masyarakat. Perpustakaan ini memiliki akses internet, ruang multimedia, ruang rapat, auditorium, ruang kebudayaan, ruang diskusi, ruang belajar/baca, tempat bermain anak-anak, toy library, café-lounge, menyediakan fasilitas pendidikan, pelatihan, olah raga, kesehatan, rekreasi dan lain-lain.
Kelengkapan fasilitas perpustakaan inilah yang menjadi daya tarik bagi masyarakat setempat untuk melakukan segala aktifitasnya di perpustakaan dengan kata lain menjadikan perpustakaan sebagai rumah kedua.
· Perpustakaan umum daerah menjadi library industry
Menjadi library industry berarti menjadi tempat para investor menanamkan modal.
Tidak jauh berbeda dengan kelengkapan yang dimiliki oleh perpustakaan sebagai icon daerah, namun investor mendapat tempat khusus dalam pengembangan koleksi, fasilitas, teknologi dan pelayanan perpustakaan. Perpustakaan daerah ini tidak lagi mengandalkan dana dari pemerintah seutuhnya dalam pengadaan fasilitas dan teknologi namun dari investor yang menjalin kerja sama dengan perpustakaan.
Fasilitas, teknologi dan koleksi perpustakaan diperoleh dari hasil kerja sama dengan pihak tertentu yang menguntungkan kedua belah pihak. Bagi perpustakaan, perpustakaan memiliki fasilitas, teknologi dan koleksi tanpa harus mengeluarkan dana besar sedangkan bagi rekanan perpustakaan sebagai media promosi.
Perpustakaan lebih mengarah kepada bangunan milik pemerintah yang beberapa ruangnya disewakan kepada pihak swasta, sehingga terjadi inovasi-inovasi baru dalam perpustakaan. Pelayanan publik dengan money oriented mengalami pertumbuhan yang pesat karena memiliki standard dan daya saing yang tinggi. Digabungnya pelayanan publik dengan money oriented dan non-money oriented (perpustakaan) akan memaksa perpustakaan untuk melakukan inovasi-inovasi yang menarik pengunjung datang ke perpustakaan.
Library Industry menjadi sumber pemasukan bagi pemerintah daerah tanpa mengurangi peran pemerintah dan kewenangan pemerintah, dalam arti rekanan perpustakaan yang berada di gedung perpustakaan hanya sebagai penyewa dan bukan pengambil keputusan di perpustakaan.
· Perpustakaan umum menjadi centre of culture
Perpustakaan memiliki ruang khusus yang menggambarkan sejarah daerah dan kebudayaannya. Perpustakaan ini menjadi objek wisata dan pusat penelitian tentang budaya lokal daerah. Selain memiliki koleksi umum, koleksi tentang kebudayaan lokal adalah koleksi unggulannya. Oleh karena itu, perpustakaan ini memiliki nilai etnik yang tinggi dari fisik hingga jenis pelayanannya.
Walaupun bernuansa etnik, perpustakaan ini tetap berbasis teknologi informasi dengan menyediakan akses internet, ruang multimedia, ruang seminar, ruang diskusi, ruang kursus bahasa (daerah dan internasional), café yang menyediakan makanan khas sebagai menu spesial dan fasilitas penunjang lain untuk pelayanan pengunjung lokal dan mancanegara.
Nuansa etnik tidak hanya ada pada bangunan, koleksi dan makanan tetapi staff perpustakaan juga menggunakan pakaian adat yang disesuaikan dengan lingkungan kerja dalam melayani pekerjaan. Sehingga perpustakaan ini memiliki nilai keunikan tersendiri.
Perpustakaan sebagai pusat kebudayaan lokal bernuansa etnik menjadi daya tarik yang kuat bagi suatu daerah mengingat perkembangan perpustakaan di luar negara kita telah mengalami perkembangan yang sangat sulit untuk dikejar, apalagi Indonesia memiliki beragam budaya yang dapat dikembangkan dan dilestarikan melalui perpustakaan sebagai pusat kebudayaan lokal.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Perpustakaan dan arsip Provinsi Riau. Grand Design Perpustakaan Provinsi Riau. 2006.
Bryson, Jarod, dkk. Libraries must also be Buildings? New Library Impact Study. http://www.shef.ac.uk/content/1/c6/07/01/24/CPLIS-New Library Impact Study,pdf
Bundy, Alan. Best Investment: the Modern Public Library as Social Capital. http://library.unisia.edu.au/about/papers/best-investment.pdf
____________. Repositioning Your Library for the 21st Century. http://www.library.unisa.edu.au/papers/repo.pdf
Department for Culture, Media and Sport (DCMS). Comprehensive, Efficient and Modern Public Libraries-Standards and Assessment. http://culture.gov.uk/PDF/libraries_pls_assess.pdf
Hohmann, Tina. New Aspects of Libraries Design. http://www.zhbluzern.ch/liber-lag/PP_LAG_06/Wednwsday/Hohmann_LibDesign-oA.pdf
Is this the library of the future? http://news.bbc.co.uk/1/hi/uk/2859845.stm
Jakovlevas-Mateckis, dkk. Conceptual Principles of the Planning of the Modern Public Libraries. http://www.zhbluzern.ch/LIBER-LAG/PP_LAG_04/Thursday/K_Jakovlevas-Mateckis/Venice1.pdf
Thomas, Sarah E. The Renaissance in Library Buildings. http://liber.library.uu.nl/publish/articles/000070/article.pdf
Wooden, Ruth A. The Future of Public Libraries in an Internet Age. http://www.ncl.org/publications/ncr/95-4/0107libraries.pdf
21st Century Libraries: Changing Forms, Changing Futures. http://www.cabe.org.uk/files/21st-century-libraries.pdf