Mau Sehat Sampai Tua, Yuk Baca Buku

Terkadang banyak orang terheran-heran kenapa masih banyak orang yang tidak suka baca. Bukankah semua sepakat bahwa dengan membaca orang bisa makin cerdas dan bertambah ilmu serta pengetahuanya semakin luas. Tapi itulah manusia, semua memiliki kesukaan dan hak mereka masing-masing.
Semoga informasi yang dikutip dari pedomannews.com (18/6/2011) ini bisa memberikan motivasi atau semangat masyarakat luas bahwa ternyata dengan membaca dapat membuat tubuh sehat sampai tua.
Ternyata untuk bisa hidup sehat sampai usia senja, tidak hanya dapat kita peroleh dari makanan dan pola hidup yang sehat saja. Membaca buku juga mampu kemampuan kognitif dan saraf agar tak menurun, yang artinya dapat membuat tubuh sehat sampai tua.
Seorang fisioterapi dari Germany’s Society for Gerontology and Geriatrics, Manfred Gogol mengatakan bahwa membaca merangsang pertumbuhan sinaps, penghubung antar saraf. Membaca juga membuat daya imajinasi dan kreativitas seseorang terjaga.
“Hal ini jelas merupakan aset yang sangat berharga di saat tua. Apalagi kaum lansia memiliki berbagai masalah yang menyebabkan diri mereka sangat tergantung pada orang lain,” ucap Gogol seperti dikutip dari situs indiavision.
Gogol menyarankan agar kita mulai membaca setiap hari. Jika sebuah novel dirasa terlalu berat, pilih saja bacaan ringan seperti kumpulan cerpen atau bahkan puisi.

Perpustakaan Masih Tempat “Buangan”


Ilustrasi: Perpustakaan di sebuah sekolah dasar di pedalaman Kalimantan timur
Semoga saja informasi yang DuniaPerpustakaaN.Com kutip dari kompas.com (14/6/2011) ini tidak membuat para mahasiswa perpustakaan, dosen perpustakaan atau semua pejuang literasi informasi termasuk para pustakawan tidak menjadi ciut nyali dan mentalnya. Jadikan pernyataan dalam judul diatas menjadi mkotivasi untuk terus meningkatkan kwalitas serta prestasi kerja.
Program pengembangan minat baca dan perpustakaan belum dianggap prioritas oleh Pemerintah. Nyatanya, untuk melaksanakan visi “Terdepan dalam Informasi Pustaka, Menuju Indonesia Gemar Membaca” pagu anggaran 2012 yang ditetapkan oleh Bappenas dan Kementrian Keuangan tak lebih dari Rp 368 miliar atau berkurang 15 % dari anggaran tahun 2011.
Demikian diungkapkan anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi Golongan Karya Hetifah Sjaifudian, di Jakarta, Selasa (14/6/2011). Hetifah mengatakan, Komisi X pada 2012 ini akan menaikkan anggaran perpustakaan menjadi Rp 2,5 triliun.
“Sebetulnya minat baca generasi muda cukup tinggi, hanya saja, sarana dan bahan bacaan tidak tersedia. Jika harus membeli sendiri harga buku di Indonesia tergolong sangat mahal. Padahal, selain media belajar, buku juga merupakan sarana rekreasi,” ujar Hetifah.
Setiap kota kabupaten, bahkan kecamatan dan desa seharusnya memiliki perpustakaan. Perpustakaan-perpustakaan tersebut pun sebetulnya tidak harus mewah.
“Terbukti banyak komunitas bisa membuat perpustakaan kecil-kecilan yang menarik,” kata Hetifah.
Ia mengakui, banyak hal harus dirombak dan disempurnakan. Dari sisi aturan, undang-undang tentang perpustakaan belum memiliki aturan pelaksanaan berupa peraturan pemerintah (PP). Dari sisi kelembagaan juga belum ada koordinasi yang baik antara Perpusnas dengan Kementrian Pendidikan Nasional (Kemdiknas).
“Sumber daya pengelola di level nasional maupun daerah masih harus ditingkatkan kapasitasnya. Selama ini perpustakaan dikenal sebagai tempat ‘buangan’ yang tidak menarik, sehingga personil berkualitas enggan bergabung di sini. Itu kenyataan di lapangan,” lanjut Hetifah.
Ia menambahkan, dilihat dari sisi desain tata ruang, kebanyakan perpustakaan juga tidak memenuhi syarat. Ruangan umumnya sempit, panas, dan berdebu. Yang tak kalah penting, kata Hetifah, koleksi bahan bacaan yang tersedia kurang bervariasi dan tidak menarik karena masih didominasi buku teks.
“Koleksi sastra sangat minim, apalagi buku bacaan untuk anak dan remaja. Teknologi penelusuran dan pencarian bahan juga perlu dikembangkan, karena bukan hal yang rumit. Harusnya sudah bisa online sebab ke depan itu perlu pemikiran-pemikiran kreatif dan inovatif untuk membangun perpustakaan dan minat baca masyarakat,” tambah Hetifah.
Hetifah mengatakan, Panitia Kerja (Panja) Perpustakaan dan Minat Baca di Komisi X yakin bisa melaksanakan upaya tersebut. Hanya, syaratnya harus dimulai dengan menyusun strategi secara bersama-sama secara partisipatif dengan melibatkan masukan dari berbagai komponen masyarakat.