Memotivasi diri agar mau belajar


Terkadang kita terlalu mencari cara agar dapat memotivasi diri kita, padahal banyak sekali potensi disekitar kita yang dapat kita jadikan sebagai sesuatu yang dapat memotivasi diri kita. Keluarga, teman, bahkan alampun dapat kita jadikan sebagi motivator kita untuk meningkatkan motivasi diri kita.
Ini saya alami saat saya selalu berusaha menjaga diri saya agar selalu termotivasi untuk dapat meningkatkan ibadah saya, keinginan menulis bahkan sekedar keinginan bersilahturahmi dengan teman. Biasanya saya selalu berkeliling taman yang ada didepan rumah, memperhatikan hijuanya daun, gerak semut dan lembutnya desiran angin. Betapa tidak lelahnya mereka dalam hidupnya untuk kepentingan makhluk lain. Kadang saya juga berusaha menjumpai teman – teman yang saya anggap sukses dalam hidupnya terutama yang bisa menjaga keseimbangan antara dunia dan akhirat.
Motivasi belajar setiap orang, satu dengan yang lainnya, bisa jadi tidak sama. Biasanya, hal itu bergantung dari apa yang diinginkan orang yang bersangkutan. Misalnya, seorang anak mau belajar dan mengejar rangking pertama karena diiming-imingi akan dibelikan sepeda oleh orangtuanya.
Contoh lainnya, seorang mahasiswa mempunyai motivasi belajar yang tinggi agar lulus dengan predikat cum laude. Setelah itu, dia bertujuan untuk mendapatkan pekerjaan yang hebat dengan tujuan membahagiakan orangtuanya.
Apa saja, sih, faktor-faktor yang membedakan motivasi belajar seseorang dengan yang lainnya?
Beberapa faktor di bawah ini sedikit banyak memberikan penjelasan mengapa terjadi perbedaaan motivasi belajar pada diri masing-masing orang, di antaranya:
• Perbedaan fisiologis (physiological needs), seperti rasa lapar, haus, dan hasrat seksual
• Perbedaan rasa aman (safety needs), baik secara mental, fisik, dan intelektual
• Perbedaan kasih sayang atau afeksi (love needs) yang diterimanya
• Perbedaan harga diri (self esteem needs). Contohnya prestise memiliki mobil atau rumah mewah, jabatan, dan lain-lain.
• Perbedaan aktualisasi diri (self actualization), tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
Stimulus motivasi belajar
Terdapat 2 faktor yang membuat seseorang dapat termotivasi untuk belajar, yaitu:
• Pertama, motivasi belajar berasal dari faktor internal. Motivasi ini terbentuk karena kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya belajar untuk mengembangkan dirinya dan bekal untuk menjalani kehidupan.
• Kedua, motivasi belajar dari faktor eksternal, yaitu dapat berupa rangsangan dari orang lain, atau lingkungan sekitarnya yang dapat memengaruhi psikologis orang yang bersangkutan.
Tips-tips meningkatkan motivasi belajar
Motivasi belajar tidak akan terbentuk apabila orang tersebut tidak mempunyai keinginan, cita-cita, atau menyadari manfaat belajar bagi dirinya. Oleh karena itu, dibutuhkan pengkondisian tertentu, agar diri kita atau siapa pun juga yang menginginkan semangat untuk belajar dapat termotivasi.
Tips-tips berikut untuk meningkatkan motivasi belajar kita:
1. Bergaullah dengan orang-orang yang senang belajar
Bergaul dengan orang-orang yang senang belajar dan berprestasi, akan membuat kita gemar belajar. Selain itu, coba cari orang atau komunitas yang mempunyai kebiasaan baik dalam belajar.
Bertanyalah tentang pengalaman di berbagai tempat kepada orang-orang yang pernah atau sedang melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, orang-orang yang mendapat beasiwa belajar di luar negeri, atau orang-orang yang mendapat penghargaan atas sebuah presrasi.
Kebiasaan dan semangat mereka akan menular kepada kita. Seperti halnya analogi orang yang berteman dengan tukang pandai besi atau penjual minyak wangi. Jika kita bergaul dengan tukang pandai besi, maka kita pun turut terciprat bau bakaran besi, dan jika bergaul dengan penjual minyak wangi, kita pun akan terciprat harumnya minyak wangi.
2. Belajar apapun
Pengertian belajar di sini dipahami secara luas, baik formal maupun nonformal. Kita bisa belajar tentang berbagai keterampilan seperti merakit komputer, belajar menulis, membuat film, berlajar berwirausaha, dan lain lain-lainnya.
3. Belajar dari internet
Kita bisa memanfaatkan internet untuk bergabung dengan kumpulan orang-orang yang senang belajar. Salah satu milis dapat menjadi ajang kita bertukar pendapat, pikiran, dan memotivasi diri. Sebagai contoh, jika ingin termotivasi untuk belajar bahasa Inggris, kita bisa masuk ke milis Free-English-Course@yahoogroups.com.
4. Bergaulah dengan orang-orang yang optimis dan selalu berpikiran positif
Di dunia ini, ada orang yang selalu terlihat optimis meski masalah merudung. Kita akan tertular semangat, gairah, dan rasa optimis jika sering bersosialisasi dengan orang-orang atau berada dalam komunitas seperti itu, dan sebaliknya.
5. Cari motivator
Kadangkala, seseorang butuh orang lain sebagai pemacu atau mentor dalam menjalani hidup. Misalnya: teman, pacar, ataupun pasangan hidup. Anda pun bisa melakukan hal serupa dengan mencari seseorang/komunitas yang dapat membantu mengarahakan atau memotivasi Anda belajar dan meraih prestasi.

PARADIGMA PENDIDIKAN MASA KINI DAN MASA AKAN DATANG

by hamzahupu on Apr.24, 2010, under Math Education
  1. Pendahuluan
Salah satu prinsip gerakan reformasi dalam pendidikan adalah “pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta mereka dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pendidikan”. Sejalan dengan prinsip di atas, perubahan mendasar menuju paradigma pendidikan masa depan adalah pelaksanaan pendidikan berbasis sekolah atau madrasah pada tingkat pendidikan dasar dan menengah, serta otonomi Perguruan  Tinggi pada tingkat pendidikan tinggi. Pembaharuan sistem pendidikan juga meliputi penghapusan diskriminasi antara pendidikan yang dikelola oleh pemerintah dan pendidikan yang dikelola oleh masyarakat, serta perbedaan pengelolaan antara pendidikan keagamaan dan pendidikan umum.
Pasal 53 ayat (1) UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah, seperti SD, SMP, SMA, SMK, dan SLB Negeri tidak harus berbentuk atau di bawah Badan Hukum Pendidikan (BHP). Sementara Satuan Pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah seperti, Perguruan Tinggi, Perguruan Tinggi Keagamaan, dan Madrasah Negeri harus berbentuk atau di bawah BHP. Pada satuan pendidikan dasar dan menengah, dengan adanya Majelis Wali Amanat (MWA), Komite Sekolah atau Madrasah ditiadakan, dan fungsinya dijalankan oleh Majelis Wali Amanat (MWA).
  1. Rencana Strategi
Beberapa hal penting berkaitan dengan rencana strategis tentang paradigma pendidikan masa akan datang, dirumuskan melalui prinsip visioner, meliputi; (1) visi, (2) misi, (3) motto; dan (4) analisis lingkungan strategi. Analisis tersebut meliputi: Pencermatan Lingkungan Internal (PLI), yaitu memperhatikan kekuatan, terdiri dari: pengalaman program sekolah, SDM, strategi sekolah, dan  strategi jurusan. Selanjutnya, memperhatikan kelemahan  yang meliputi: sarana dan prasarana, sistem penunjang administrasi, kualitas layanan, akreditasi sekolah, pemerataan kompetensi guru, keterampilan tenaga laboratorium, atmosfir akademik, penelitian, sumber dana, tingkat kesejahteraan guru dan tenaga administrasi, dan sistem database sekolah. Selain itu, Pencermatan Lingkungan Eksternal (PLE), memuat: Peluang. Kebijakan pemerintah untuk: (1) pengembangan Kawasan Timur Indonesia (Sul-Sel, gerbang utama), (2) Badan Hukum Pendidikan, (3) guru sebagai tenaga professional, dengan gaji yang layak; (4) kesempatan kerjasama dengan Dunia Usaha dan Industri (DUDI), (5) kesempatan memperoleh hibah dari lembaga donor, pemerintah dan swasta dari dalam maupun luar negeri, (6) tersedianya potensi sumber daya alam, (7) kebijakan nasional tentang pengembangan budaya kewirausahaan, (8) peluang kerjasama dengan alumni, (9) orangtua siswa yang mempunyai kemampuan berbagai bidang yang berbeda-beda. Ancaman, meliputi: (1) rendahnya kemampuan ekonomi masyarakat sebagai akibat krisis ekonomi, (2) terbatasnya kesempatan memperoleh lapangan kerja, (4) adanya sejumlah sekolah yang menawarkan program yang sama, (5) pesatnya perkembangan IPTEKS dalam proses pembelajaran, (6) derasnya arus globalisasi yang berdampak pada persaingan kerja, dan (7) adanya kebijakan liberalisasi pendidikan yang memungkinkan sekolah asing untuk beroperasi di Indonesia.
C. Beberapa Kelemahan Paradigma Pendidikan Sekarang

Telah banyak usaha dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia. Namun di sisi lain, terdapat beberapa faktor yang mengakibatkan mutu pendidikan sulit untuk ditingkatkan. Pertama, kebijakan dalam penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan educational production function yang tidak konsekuen. Kebijakan ini hanya mengandalkan input yang baik untuk menghasilkan output yang baik, masalah proses hampir diabaikan. Kebijakan seperti ini lebih menekankan pada lembaga pendidikan sebagai pusat produksi. Kedua, penyelenggaraan pendidikan secara sentralistik. Keputusan birokrasi dalam hal ini hampir menyentuh semua aspek sekolah, yang kadang-kadang tidak sesuai dengan kondisi sekolah tersebut. Akibatnya, sekolah kehilangan kemandirian, motivasi, dan inisiatif untuk mengembangkan lembaganya. Ketiga, peran serta masyarakat dalam pengelolaan pendidikan masih kurang. Partisipasi masyarakat dalam pendidikan hanya bersifat dukungan dana. Padahal yang lebih penting adalah partisipasi dalam hal proses pendidikan yang meliputi; (1) pengambil keputusan, (2) monitoring, (3) evaluasi, dan (4) akuntabilitas. Dengan demikian, sekolah dan masyarakat secara bersama-sama bertanggungjawab dan berkepentingan terhadap hasil pelaksanaan pendidikan, bukan sekolah yang bertanggungjawab kepada masyarakat terhadap hasil pelaksanaan pendidikan itu sendiri.
Selanjutnya, dikembangkan dimensi-dimensi perubahan pola manajemen pendidikan menuju paradigma baru, yaitu:
Pola Lama Menuju Pola Baru
F Subordinasi
F  Otonomi
F Pengambilan keputusan terpusat
F  Pengambilan keputusan partisipasi
F Ruang gerak kaku
F  Ruang gerak luwes
F Pendekatan birokratik
F  Pendekatan profesional
F Sentralistik
F  Desentralistik
F Diatur
F  Motivasi diri
F Overregulasi
F  Deregulasi
F Mengontrol
F  Mempengaruhi
F Mengarahkan
F  Memfasilitasi
F Menghindari resiko
F  Mengelola resiko
F Gunakan uang semuanya
F  Gunakan yang seefisien mungkin
F Individu yang cerdas
F  Informasi terbagi
F Informasi terpribadi
F  Pemberdayaan
F Pendelegasian
F  Organisasi datar
F Organisasi herarki

(Sumber, E. Suparman, 2006)
  1. Building the School of the Future
Terdapat 5 faktor utama yang perlu diperhatikan dalam membangun sekolah masa depan, yaitu;
(1)   Involved and Connected Learning Community
Salah satu indikator penting paradigma pendidikan masa depan adalah keterlibatan secara aktif seluruh komponen masyarakat dalam pengelolaan pendidikan. Mereka yang dimaksud adalah stake-holder, orangtua, oraganisasi massa (ORMAS), perguruan tinggi, dan Dunia Usaha dan Industri (DUDI). Berkaitan dengan hal ini, dukungan seluruh proses pelaksanaan pendidikan sangat dibutuhkan untuk terjadinya sinergi yang berkelanjutan dan dinamis.
(2)   Proficient and Inviting Curriculum-Driven Setting
Beberapa hal yang terkait langsung dengan hal di atas, yaitu: (a) pembangunan fisik mendukung terlaksananya pendidikan berbasis masyarakat, (b) pembangunan infrastruktur pendukung yang memungkinkan mobilitas yang tinggi dengan pertukaran data yang lebih mudah, (c) semua ruang kelas dirancang dan dilengkapi media pembelajaran yang diperlukan, sehingga memungkinkan proses pembelajaran dapat berjalan kapan saja, dan (4) media pembelajaran mampu memobilisasi, fleksibel, dan mudah disesuaikan dengan perubahan yang terjadi dalam aktivitas pembelajaran.
(3)   Flexible and Sustainable Learning Environment
Atmosfir pembelajaran yang kondusif merupakan salah satu indikator penting bagi masyarakat dalam memilih tempat belajar untuk anak mereka. Selain itu, atmosfir akademik yang kondusif, berbeda, dan Student-Centre memungkinkan siswa mengembangkan potensinya dengan baik. Suasana akademik yang baik mempunyai tingkat ketergantungan yang relatif kecil terhadap waktu dan tempat. Suasana akademik yang ada sistematik dan tidak terikat pada perubahan.
(4)   Cross-Curriculum Integration of Research and Development
Dalam rangka menjaga keberlangsungan integrasi kurikulum; (a) profesionalisme staf  seyogyanya didukung oleh kegiatan penelitian dan pengembangannya, (b) tetap menjaga kerjasama dengan dewan riset dan pengembangannya dalam menerapkan hasil-hasil penelitian terkini, dan (c) school berfungsi sebagai laboratorium pembelajaran, di mana guru dan siswa dapat merancang, melakukan, dan mengevaluasi hasil-hasil penelitian dalam rangka mengembangkan proses pembelajaran.
(5)   Professional Leadership
Kepemimpinan yang profesional meliputi: (a) dampak pembelajaran yang baik, (b) strategi berpikir, (c) motivasi dan dorongan stake-holders, (d) pemanfaatan teknologi dalam setiap kesempatan, (e) merancang dan mendemostrasikan pengembangan profesional sesuai kebutuhan, (f) berinteraksi dan berkomunikasi dengan masyarakat, (g) memaparkan pertanggungjawaban keuangan, dan (h) melakukan evaluasi secara berkelanjutan dengan cara kolaborasi.
E. Aset yang Pengembangan Menyongsong Paradigma Pendidikan Masa depan
Berkaitan dengan metode pengembangan aset sebagai sumber pendapatan institusi, termasuk kampus atau sekolah dalam menyongsong paradigma pendidikan masa depan, eksistensi pelayanan sekolah sangat penting artinya. Ihrig & Sullivan (1995) secara umum menyarankan beberapa aset yang memungkinkan untuk dikembangkan pada sekolah atau kampus untuk memperoleh pendapatan baru dalam menyongsong paradigma pendidikan masa akan datang. Sumber pendapatan tersebut meliputi:
v  Selling Information
  • Intellectual property
  • Research parks
  • Interpreting data for regional businesses
v  Teaching
  • Corporate training programs, domestic or foreign
  • Continuing part-time education for working adults
  • Elderhostel programs
v  Using Alumni Resources
  • Alumni continuing education
  • Professional services for alumni
  • Retirement housing
v  Providing Services  to Employes, Students, and Visitors
  • Hotels
  • Leasing space to private businesses
v  Using Campus Land and Facilities
  • Utilizing existing land to its fullest income potential
  • Buying or accepting gifts of land with income potential
  • Business incubators
Secara khusus penulis mengusulkan beberapa aspek yang perlu diperhatikan, dibenahi, dan dikembangkan dalam rangka menghadapai paradigma pendidikan masa kini dan masa depan, diantaranya:
  1. Penutup



DAFTAR PUSTAKA
Ihrig. W.E. & Sullivan, J.F. Revenue Opportunities for the Public Institution. 1995. In S.L. Johnson & S.C Rush (Eds). Reinventing the University. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Jones, Jane. 2005. School of the Future. Exhibition, Student Handbook. Mathematics and Science Investigation. [Tersedia: www.sof.org].
Microsoft Team. 2006. Building the School of the Future. USA: Microsoft
Suparman, Eman. 2006. Manajemen Pendidikan Masa Depan. [Tersedia: www.Depdiknas.co.id].
Upu, Hamzah. 2006. Badan Hukum Pendidikan. Sekolah-sekolah di Sul-Sel Layak? Makalah yang Disampaikan pada Kegiatan Pembekalan Kepala Sekolah baru di Kabupaten Takalar, Takalar.
Upu, Hamzah. 2006. Badan Hukum Pendidikan. Universitas Negeri Makassar Layak? Makalah yang Disampaikan pada Kegiatan Intermediate Training Mahasiswa UNM, UNHAS, dan UIN. Makassar. BALATKOP.
Upu, Hamzah. 2006. Pengembangan Renstra Jurusan. Makalah yang Disampaikan pada Kegiatan Pelatihan Hibah Kompetisi Dosen Cokroaminoto Palopo. Palopo: STKIP Cokroaminoto.

CONTOH KATALOG UTAMA

FRA FRANK, Ayres
k Kalkulus: Berdasarkan Teori dan Soal Kalkulus
Diferensial dan Integral/ Ayres Frank , Elliot Mandelson;
penerjemah: Zulkifli Harahap;
editor: Wibi Hardani.—Jakarta:Erlangga, 2004
110 hlm.: ilus.; 21 cm.

Judul asli: Schaum’s Easy Out Lines
Indeks: hlm. 113
ISBN. 979-741-791-3

1. Subyek I. Judul II. Mandel Elliot
III. Wibi Hardani IV. Zulkifli Harahap


PEN PENUNTUN PRAKTIKUM PATOLOGI ANATOMI/
j Janti Sudiono...{et al}; editor: Janti Sudiono.— Jakarta:
EGC, 2001
Viii, 107 hlm.; 21 cm.

Indeks: hlm. 108-110
ISBN. 979-448-555-1

1. Subye I. Judul
II. Janti Sudiono III. Budi Kurniadhi
IV. Andhy Hendrawan V. Bing Djimantoro



YOGYOGANANDA, Paramhansa
rRubaiyat: Omar Khayyat Syair dan Tafsir/
Paramhansa Yogananda; penerjemah: Gabriel
Fajar Sasmita; editor: J. Donald Walter.—cet.5—
Yogyakarta: Kanisus, 2009
xi,133 hlm.: ilus.; 24 cm.

Judul asli: The Rubaiyat of Omar Khayyam Explained
Bibliografi: hlm. 114-115
ISBN: 979-21-1251-0

1. Subyek I. Judul
II. Walter J. donal III. Gabriel Fajar Sasmita


SCH SCHAUM’S EASY OUT LINES
KKalkulus: Berdasarkan Teori dan Soal Kalkulus
Diferensial dan Integral/ Frank Ayres, Elliot Mandelson;
penerjemah: Zulkifli Harahap;
editor: Wibi Hardani.—Jakarta:
Erlangga, 2004.
110 hlm; ilus; 21 cm

Judul asli: Schaum’s Easy Out Lines
Indeks: hlm 113
ISBN: 979-741-791-3


JAN JANTI SUDIONO
P Penuntun Praktikum Patologi Anatomi/
Janti Sudiono...{et al}; editor: Janti Sudiono.— Jakarta:
EGC, 2001.
Viii, 107 hlm; 21 cm.

Indeks: hlm 108-110
ISBN: 979-448-555-1


GAB GABRIE FAJAR SASMITA
R Rubaiyat: Omar Khayyat Syair dan Tafsir/
Paramhansa Yogananda; penerjemah: Gabriel
Fajar Sasmita; editor: J. Donald Walter.—cet.5—
Yogyakarta:
Kanisus, 2009.
Xi,133 hlm; ilus; 24 cm

Judul asli: The Rubaiyat of Omar Khayyam
Explained
Bibliografi: hlm 114-115
ISBN: 979-21-1251-0




WARNA DASAR KATALOG TDD:
A. merah: untuk katalog pengarang
B. Kunimg: Untuk Katalog Sabyek
C. Hijau: Untuk Katalog Judul


 
Nama :  Firman febri ansyah
Lahir   : 10 februari 1992
Alamat sekarang : Makassar 
Status : Lajang
Pekerjaan : Mahasiswa
Motivasi : Optimis.,semangat..,,pantang menyerah..!!!!
Pengantar Perpustakaan
Bag 1
Definisi Perpustakaan
Pustaka atau buku atau kitab merupakan kumpulan kertas atau bahan sejenis berisi hasil tulisan atau cetakan, dijilid menjadi satu agar mudah membacanya serta berjumlah sedikitnya 48 halaman. Dari kata pustaka terbentuklah kata turunan antara lain perpustakaan, pustakawan, kepustakawanan, kepustakaan, dan ilmu perpustakaan.
Perpustakaan adalah kumpulan buku atau bangunan fisik tempat buku dikumpulkan, disusun menurut sistem tertentu untuk kepentingan pemakai.
Pustakawan adalah orang yang bekerja di perpustakaan dan memiliki pendidikan perpustakaan (minimal D2 dalam bidang Ilmu Perpustakaan).
Kepustakawanan adalah penerapan Ilmu Perpustakaan dalam hal pengadaan, pengolahan, pendayagunaan dan penyebaran bahan pustaka di perpustakaan.
Fungsi perpustakaan adalah: penyimpanan, pendidikan, penelitian, informasi, dan kultural.
Sedangkan kepustakaan adalah: bahan perpustakaan yang digunakan untuk menyusun karangan, makalah, artikel, laporan dan sejenisnya.

Hubungan Ilmu Perpustakaan, Dokumentasi dan Arsip
Dalam kegiatan belajar dua ini, kita melihat bahwa di samping kegiatan perpustakaan, ada pula kegiatan bidang lain yang mirip bahkan tumpang tindih dengan kegiatan perpustakaan. Kedua bidang itu adalah dokumentasi dan arsip.
Dokumentasi merupakan kegiatan yang semula tumbuh akibat tumbuhnya majalah ilmiah, sementara perpustakaan tidak dapat menangani informasi yang muncul dari majalah ilmiah. Hal ini nampak jelas di Eropa Barat sehingga di samping kegiatan perpustakaan, muncul pula kegiatan dokumentasi yang mengkhususkan diri pada pengolahan isi majalah. Salah satu negara Eropa Barat yang mengalami munculnya dokumentasi ialah Belanda. Karena Belanda pernah menjajah Indonesia, maka Belanda pun memperkenalkan sistem dokumentasi yang ada di negeri Belanda pada Indonesia. Karena di negeri Belanda kegiatan dokumentasi berbeda dengan kegiatan perpustakaan, maka hal tersebut nampak pula pengaruhnya di Indonesia. Hingga kini di Indonesia masih ada perbedaan antara dokumentasi dengan perpustakaan.
Perbedaan tersebut kurang nampak di AS karena penanganan isi majalah dilakukan oleh pustakawan yang bekerja di perpustakaan khusus sehingga di Amerika Serikat makna dokumentasi identik dengan kegiatan perpustakaan.
Dalam perkembangan selanjutnya definisi dokumentasi, seperti yang dinyatakan oleh Federasi Dokumentasi dan Informasi Nasional (FID), mencakup sedemikian rupa sehingga isinya luas sekali. Karena itu untuk memudahkan pembahasan, diberikan tabel perbedaan kegiatan dokumentasi dan perpustakaan.
Perkembangan perpustakaan dimulai dengan pengumpulan berbagai berkas niaga, pahatan, tulisan tangan dan sejenisnya. Dengan dikenalnya teknik pembuatan buku, maka perpustakaan mulai memusatkan diri pada kegiatan pengadaan, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, temu balik, dan pendayagunaan buku. Sebagai sebuah pranata masyarakat, perpustakaan juga menghasilkan berbagai berkas, manuskrip, namun seringkali kedua bahan tersebut tidak dianggap sebagai cakupan perpustakaan. Maka di bagian tersebut muncullah kearsipan. Dibandingkan dengan kegiatan dokumentasi, maka kegiatan perpustakaan jelas berbeda dibandingkan dengan kegiatan arsip. Hal ini dibeberkan secara jelas pada tabel dalam modul.
Sejarah Perpustakaan di Dunia Barat
Kapan perpustakan mulai berdiri tidak pernah diketahui dengan pasti. Namun berdasarkan penelitian arkeologis, perpustakaan telah dikenal sejak peradaban Sumeria sekitar 5.000 tahun Sebelum Masehi. Perkembangan perpustakaan tersebut segera ditiru negara tetangganya seperti Babilonia. Pada waktu itu orang-orang purba menggunakan bahan tulis berupa tanah liat. Mula-mula tanah liat diempukkan, kemudian dibuat lempengan. Sewaktu masih lunak, tanah liat ditulisi, kemudian dikeringkan.
Kerajaan Pergamum berusaha mengembangkan perpustakaan sebagaimana halnya dengan raja-raja Mesir. Karena waktu itu belum ditemukan mesin cetak, maka pembuatan naskah dilakukan dengan cara menyalin. Usaha menyalin naskah dikembangkan oleh kerajaan Pergamum dengan menggunakan bahan tulis berupa papirus. Untuk mencegah agar perpustakaan Pergamum tidak menjadi saingan perpustakaan Iskandaria yang berada di Mesir, maka Mesir menghentikan ekspor papirus ke Pergamum.
Guna menggantikan papirus, Pergamum mengembangkan bahan tulis berupa kulit binatang yang dikeringkan, kemudian ditulis. Kulit yang digunakan terbuat dari kulit domba, sapi disebut parchmen. Parchmen yang baik disebut vellum merupakan bahan tulis hingga abad menengah.
Kegiatan menyalin naskah ini dilakukan pula di pertapaan, sampai pertapaan menyediakan tempat khusus untuk menulis dan menyalin naskah disebut scriptorium. Pertapaan bahkan mengembangkan naskah yang dihiasi dengan gambar miniatur, menggunakan huruf indah disertai dengan warna merah, biru dan emas. Lukisan pada naskah kuno dengan hiasan dan warna-warni itu disebut iluminasi.
Orang-orang Eropa menemukan mesin cetak sekitar abad ke-15. Pada awal penemuan mesin cetak, buku dicetak dengan teknik sederhana. Buku yang dicetak dengan teknik pencetakan sederhana, dicetak antara tahun 1450-1500, disebut incunabula, merupakan buku langka yang banyak dicari orang.

Sejarah Perpustakaan di Indonesia
Perkembangan Perpustakaan pada zaman Hindia Belanda:
  1. Perpustakaan Gereja: Perpustakaan Gereja adalah jenis perpustakaan yang pertama kali berdiri pada zaman ini. Perpustakaan gereja yang pertama didirikan sekitar tahun 1643.
  2. Perpustakaan Penelitian: Perpustakaan penelitian tumbuh seiring dengan dikeluarkannya kebijakan Tanam Paksa. Akibat dari Tanam Paksa ini banyak berdiri lembaga penelitian yang membutuhkan informasi tentang tanaman.
  3. Perpustakaan Sekolah: Pada zaman penjajahan Belanda banyak sekolah-sekolah yang dilengkapi dengan perpustakaan. Pada masa ini pemakai perpustakaan sekolah tidak hanya siswa dan guru tetapi juga masyarakat umum.
  4. Perpustakaan Umum: Perpustakaan umum pada masa ini hanya memberi perhatian pada bahasa daerah dengan menyediakan koleksi dalam bahasa daerah setempat. Sebelum pemerintah Hindia Belanda mendirikan Perpustakaan Umum, pihak swasta telah mendirikan ruang baca untuk umum. Masyarakat dapat membaca koleksi yang ada, secara cuma-cuma. Selain ruang baca umum pada masa ini juga berkembang Perpustakaan Sewa.
Perkembangan Perpustakaan pada Zaman Jepang
Pada masa ini perpustakaan di Indonesia mengalami kehancuran, karena Jepang melarang semua buku yang ditulis dalam bahasa Inggris, Perancis dan Belanda. Mereka juga menangkapi semua orang Belanda termasuk Perpustakaan Belanda.
Perkembangan Perpustakaan setelah Kemerdekaan
Perpustakaan Negara: Pada tahun 1948 pemerintah Republik Indonesia mendirikan Perpustakaan Negara yang pertama.
Perpustakaan Umum: Perpustakaan Umum pada masa ini dikenal dengan nama Taman Pustaka Rakyat.

Prinsip kepustakaan
Prinsip Kepustakaan adalah:
  1. Perpustakaan diciptakan oleh masyarakat.
    Berdasarkan penelitian sejarah, diketahui bahwa tujuan perpustakaan selalu berkaitan dengan tujuan masyarakat.
    Perpustakaan selalu berusaha untuk menyimpan dan menyebarkan karya dan pengetahuan masyarakat.
  2. Perpustakaan dilestarikan oleh masyarakat.
    Karena perpustakaan diciptakan oleh masyarakat, maka masyarakat pulalah yang melestarikannya.
  3. Perpustakaan bertujuan menyimpan dan menyebarluaskan pengetahuan. Selama ini perpustakaan selalu merupakan gudang ilmu pengetahuan tempat menyimpan hasil karya dari para cerdik pandai. Selain itu perpustakaan juga menyebarluaskan ilmu pengetahuan tersebut dengan cara meminjamkan buku-buku yang dimilikinya pada masyarakat umum.
  4. Perpustakaan merupakan pusat kekuatan.
  5. Perpustakaan terbuka bagi siapa saja.
    Perpustakaan umum telah ada sejak abad 7 sebelum Masehi.
  6. Perpustakaan harus tumbuh berkembang.
  7. Perpustakaan selalu berkembang dari waktu ke waktu, tidak hanya dari segi bangunan saja, tetapi juga jumlah koleksi dan jenis pelayanannya.
  8. Perpustakaan Nasional harus berisi semua literatur nasional, dengan tambahan literatur nasional negara lain.
  9. Setiap buku selalu berguna.
  10. Setiap pustakawan haruslah manusia yang berpendidikan.
    Pustakawan sejak zaman dahulu adalah orang-orang cerdik.
  11. Peranan seorang pustakawan hanya dapat menjadi penting bilamana peranan tersebut sepenuhnya diintegrasikan ke dalam sistem sosial dan politik yang berlaku.
  12. Seorang pustakawan memerlukan pendidikan, pelatihan dan magang.
  13. Tugas pustakawan untuk menambah koleksi perpustakaannya.
  14. Sebuah perpustakaan harus disusun menurut aturan tertentu, dan harus dibuatkan daftar koleksinya.
  15. Perpustakaan merupakan gudang pengetahuan, maka koleksi perpustakaan harus disusun menurut subjek.
  16. Kemampuan praktis akan menentukan bagaimana subjek-subjek dikelompokkan di perpustakaan.
  17. Perpustakaan harus memiliki katalog subjek.
Pustakawan Sebagai Tenaga Profesional
Profesi bermakna lain dengan pekerjaan. Profesi memerlukan syarat pendidikan dan pelatihan berdasarkan batang tubuh ilmu pengetahuan yang diakui oleh bidang yang bersangkutan.
Konsep profesi secara ilmiah mulai dibahas pada abad 17 bersamaan dengan terjadinya Revolusi Industri. Revolusi Industri yang terjadi di Inggris ternyata melahirkan berbagai profesi baru, tidak dikenal sebelumnya. Sebelum itu hanya ada empat profesi tradisional yaitu pendeta atau biarawan, dokter, pengacara dan perwira angkatan darat. Kini profesi semakin bertambah.
Untuk dapat memenuhi syarat sebuah profesi maka harus ada beberapa tolok ukur yang harus dipenuhi yaitu:
  1. adanya asosiasi
  2. pendidikan
  3. isi intelektual
  4. orientasi pada jasa
  5. kode etik
  6. tingkat kemandirian
  7. status
Pustakawan memenuhi syarat sebagai tenaga profesional karena keenam unsur tersebut di atas dapat dipenuhi. Pustakawan mengenal organisasi profesi, mengenal tingkat pendidikan pada universitas mulai dari program sarjana, magister hingga doktor, di dalam pendidikan diberikan bermacam-macam pelajaran baik teori maupun praktik, sebahagian di antaranya berlandaskan teori yang semakin berkembang; orientasi pustakawan adalah memberikan jasa tanpa mengharapkan imbalan uang; ada tingkat kemandirian sebagai sebuah organisasi profesi dan statusnya sebagai tenaga fungsional telah diakui pemerintah RI.
Dalam pembagian pekerjaan, dikenal tugas profesional dan non-profesional. Tugas profesional dilakukan oleh pustakawan sedangkan tugas non-profesional dilakukan oleh mereka yang tidak memperoleh pendidikan khusus kepustakawanan.
Pemisahan tugas antara profesional dengan non-profesional terlihat dalam berbagai pekerjaan perpustakaan seperti pada administrasi umum, manajemen kepegawaian, hubungan masyarakat, pemilihan bahan perpustakaan, pengadaan bahan perpustakaan, penyiangan, pengkatalogan, klasifikasi, penerbitan, pelestarian, tugas informasi, bimbingan pembaca serta tugas peminjaman. Pada kesemua tugas tersebut terdapat perbedaan jelas antara tugas profesional dengan tugas non-profesional.

Organisasi Profesi
Organisasi pustakawan telah lama ada di Inggris maupun Amerika Serikat. Pada kedua negara itu organisasi pustakawan telah berdiri sejak tahun 1876. Karena usia yang cukup tua itu, maka kedua organisasi pustakawan berhasil memperjuangkan hak-hak pustakawan; termasuk pengakuan pustakawan sebagai tenaga profesional serta ketentuan tentang gaji. Kedua organisasi itu juga menerbitkan majalah yang dibagi-bagikan secara cuma-cuma untuk anggotanya.
Di samping organisasi pustakawan umum, ada pula organisasi pustakawan yang bekerja di perpustakaan khusus dan biro organisasi. Di Inggris, organisasi itu dikenal dengan nama ASLIB, singkatan dari Association of Special Libraries and Information Bureaux, sedangkan di AS bernama Special Library Association.
Di samping organisasi yang berskala nasional, ada pula organisasi berskala lokal, terutama di AS. Di negara tersebut, setiap negara bagian memiliki organisasi lokal. Hal demikian tidak terdapat di Inggris. Berbagai organisasi pustakawan membentuk federasi organisasi.

JENIS-JENIS PERPUSTAKAAN
Mengapa Terjadi Berbagai Jenis Perpustakaan
Adanya berbagai jenis perpustakaan terjadi karena timbulnya berbagai jenis media seperti media tercetak (buku, majalah, laporan, surat kabar) dan media grafis/elektronik seperti film, foto, mikrofilm, video, pertumbuhan literatur yang cepat dan banyak, pertumbuhan subjek dalam arti terjadi fusi berbagai subjek artinya satu subjek pecah menjadi beberapa subjek dan sebaliknya beberapa subjek melebur menjadi subjek baru. Alasan lain, karena kebutuhan pemakai yang berlainan, misalnya keperluan informasi seorang anak SD akan berbeda dengan seorang peneliti kawakan walaupun objeknya sama, misalnya tentang keruntuhan Majapahit.
Karena hal-hal tersebut di atas maka muncullah berbagai jenis perpustakaan seperti perpustakaan internasional, perpustakaan nasional, perpustakaan sekolah, perpustakaan perguruan tinggi, perpustakaan khusus dan perpustakaan umum. Masing-masing perpustakaan memiliki ciri tersendiri, khalayak ramai yang dilayaninya jelas berbeda, terkecuali perpustakaan umum. Karena itu perpustakaan umum memegang peranan penting dalam pemberian jasa bagi umum sehingga Unesco (sebuah badan PBB) perlu mengeluarkan Manifesto Perpustakaan Umum. Dalam manifesto tersebut dinyatakan bahwa perpustakaan umum terbuka bagi siapa saja tanpa membeda-bedakan ras, kedudukan, warna kulit, agama, kepercayaan, usia, jenis kelamin.

Badan Lain yang Bergerak dalam Bidang Informasi
Di samping perpustakaan, masih ada pranata lain yang bergerak dalam bidang pengadaan, pengolahan dan pemencaran informasi. Kegiatan lembaga tersebut tidak selalu terpisah dari perpustakaan, malahan bekerja sama memenuhi kebutuhan informasi pemakai.
Lembaga lain di samping perpustakaan yang bergerak dalam bidang informasi adalah pusat informasi, pusat analisis informasi; pusat dokumentasi, pusat referal, clearing house. Di samping itu masih ada pula focal point, national focal point dan bank data. Pada bank data, tekanan utama lebih banyak pada penyediaan data, bukannya informasi maupun dokumen. Sebagai contoh sebuah buku membahas tentang produksi padi Indonesia dari tahun 1969-1993. Keterangan tentang dokumen itu disebut informasi dokumen sedangkan data diambil dari dokumen itu. Jadi bank data menyajikan data tentang panen padi di Indonesia, namun tidak menyediakan informasi tentang dokumen yang memuat data tersebut.